Pada umumnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah
dewasa ini masih berjalan klasikal, artinya seorang guru didalam kelas
menghadapi sejumlah besar siswa dalam waktu yang sama menyampaikan bahan
pelajaran yang sama pula. Akibat pengajaran klasikal ini guru tidak
memperdulikan adanya perbedaan individual pada siswa-siswanya. Ketidakmampuan
guru melihat perbedaan-perbedaan individual anak dalam kelas yang di hadapi
banyak membawa kegagalan dalam memelihara dan membina tenaga manusia secara
efektif. Banyaknya anak yang gagal sekolah atau drop out mungkin juga sebagai
akibat praktek pengajaran yang melupakan perbedaan-perbedaan individual anak
disamping karena faktor lain seperti latar belakang sosio-ekonomi, keluarga
dll.
Pengajaran klasikal yang melihat sejumlah anak dengan
pemberian pengajaran yamg sama ini tentu saja tidak sejalan dengan asas bahwa
anak itu secara individual berbeda-beda dalam kemampuan dasarnya, minat,
kecepatan, dan lamban belajarnya. Perbedaan individual anak semacam itu perlu
mendapatkan perhatian guru dikelas apabila mereka meng harapkan agar setiap
anak dapat berhasil, yaitu dapat mengembangkan potensial secara penuh, yang
justru sangat diperlukan untuk mendukung kemajuan ekonomi dan teknologi
masyarakatnya.
Rupanya dua faktor penting yaitu npengakuan adanya perbedaan
individual dan tujuan pengembangan potensi individu secara penuh merupakan
faktor pendorong penting untuk menuju
pengajaran yang memperhatikan perbedaan individual anak (individualized
instruction) .
Adanya pengakuan perbedaan individual dan tujuan pengembangan
potensial anak secara penuh sebenarnya sudah lama dibicarakan oleh para ahli
pendidik. Akan tetapi sampai sekarang tujuan itu masih merupakan idealisme dan
masih jauh dari kenyataan.
Ahli pendidik terdahulu Pestaloozzi (1746-1827) menekankan
bahwa anak harus diperlakukan seperti manusia, harus dididik sesuai dengan
kebutuhannya, dan belajar sesuatu yang berguna bagi dirinya. Dia menekankan
juga bahwa pendidikan atau belajar harus merupakan pengalaman yang
menyenangkan.
Kemudian John Dewey (1859-1952) menekankan juga bahwa dalam
proses pendidikan anak adalah yang utama, dan bukan mata pelajaran yang utama.
Dia menekankan lagi bahwa guru seharusnya menjadi penunjuk (guide) bagi anak,
dan bukan merupakan kamus berjalan bagi anak. Dalam karyanya yang terkenal “ Democracy and Education “ dia melukiskan
bahwa pendidikan adalah merupakan kegiatan penyediaan kondisi yang menjamin
pertumbuhan, atau kehidupan yang memadai, tanpa memandang umur.
Pendapat atau pandangan para ahli atau pendidik ini
menunjukkan sudah lama masalah minat dan kebutuhan individual anak menjadi
perhatian dunia pendidikan. Pendidikan seharusnya berorientasi pada kebutuhan
dan minat anak, sehingga perbedaan-perbedaan individual anak dengan sendirinya
merupakan faktor esensial yang dihargai oleh para ahli pendidikan.
Adanya pengakuan penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan
individual anak ini tentu saja membawa konsekuensi lebih lanjut yaitu bahwa
pendidikan harus memperhatikan perbedaan-perbedaan itu dan mengembangkan sejauh
mungkin apa yang dimiliki oleh anak itu.
Secara selintas pengertian individual instruction yaitu
pengajaran yang memperhatikan atau berorientasi pada perbedaan-perbedaan
individual anak. Dengan demikian dapat dikatakan individualized instruction
merupakan usaha memperlengkapi kondisi belajar yang optimum bagi setiap
individu murid. James D. Russel dalam modular instruction (1974) menyatakan :
Individualized Instruction adalah suatu pengaturan yang memungkinkan setiap
individu murid terikat dalam semua waktunya untuk belajar sesuatu yang berguna
bagi dirinya sebagai individu.
Sesuai dengan yang telah diutarakan bahwa perbedaan
individual adalah merupakan faktor penting sebagai dasar pengembangan
individualized instruction. Tentu saja perbedaan individual itu sangat luas
atau banyak, akan tetapi beberapa perbedaan individual yang sangat penting di
perhatikan dalam proses pengajaran adalah perbedaan kemampuan dasar atau bakat,
minat, kecepatan dan cara belajar anak. Dengan bakat secara sederhana ini
diartikan bahwa setiap anak memiliki kemampuan dasar bawaan yang berbeda
sehingga pendidikan yang tepat bagi anak adalah yang sesuai dengan kemamuan
dasar bawaan itu. Disini tentu saja tidak diartikan bahwa kemampuan dasar
bawaan itu tetap atau tidak berubah, akan tetapi sebaliknya dengan pengertian
dia akan mengalami perubahan karena pengalaman. Karena kebutuhan anak dan
kemampuan dasar bawaannya berbeda maka minat anak dalam belajar akan berbeda
juga.
Dengan demikian individualized instruction melibatkan
pengaturan atau pelayanan yang luas yang memungkinkan setiap individu anak
belajar sesuai dengan kebutuhan dan minat masing-masing.
Persoalan perbedaan individual anak didik perlu mendapat
perhatian dari guru, sehubungan dengan pengelolaan pengajaran agar dapat
berjalan secara kondusif. Ada tiga aspek perbadaan individual yaitu perbedaan
biologis, perbedaan intelektual, dan psikologis.
1.Perbedaan Biologis
Di dunia ini tidak ada seorang pun yang memiliki jasmani yang
persis sama, meskipun dalam satu keturunan. Jenis kelamin, warna rambut, warna
kulit, mata dan sebagainya. Semua itu adalah cirri-ciri individu anak didik
yang dibawa sejak lahir.
Aspek biologis lainnya adalah hal-hal yang menyangkut
kesehatan anak didik, misalnya yang berhubungan dengan kesehatan mata dan
telinga yang berlangsung berkaitan dengan penerimaan bahkan pelajaran dikelas.
Aspek biologis ini tidak bisa di anggap sebagai aspek yang tidak penting . hal
ini terkait dengan masalah pembangunan gedung sekolah, pengaturan jadwal
pelajaran dll. Pengelolaan pengajaran yang hanya memperhatikan aspek mental
anak didik dengan mengabaikan aspek biologis akan menyebabkan suasana belajar
di kelas menjadi kurang kondusif.
2.Perbedaan Intelektual
Intelegensi merupakan
salah satu aspek yang selalu aktual untuk dibicarakan dalam dunia pendidikan.
Keaktualan itu dikarenakan intelegensi adalah unsur yang ikut mempengaruhi
keberhasilan belajar anak didik.
Menurut ahli psikologi yakni William Stern, intelegensi
merupakan daya untuk menyesuaikan diri secara mudah dengan keadaan baru dengan
menggunakan bahan-bahan pikiran yang ada menurut tujuannya. (Suharsimi, 1990:
96). Whitherington (1984: 198) mengatakan , bahwa seseorang dikatakan inteligen
apabila orang yang bersangkutan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan cepat tanpa mengalami suatu masalah.
Jadi, dapat dipahami bahwa intelegensi adalah kemampuan untuk
memahami dan beradaptasi dengan situasi yang baru dengan cepat dan efektif,
kemampuan untuk menggunakan konsep yang abstrak secara efektif, dan kemampuan
untuk memahami hubungan dan mempelajarinya dengan cepat.
3. Perbedaan Psikologis
Di sekolah perbedaan aspek psikologis ini tak dapat di
hindari, disebabkan pembawaan dan lingkungan anak didik yang berlainan dengan
antara satu dengan lainnya. Untuk memahami jiwa anak didik secara individual
dapat melakukan pendekatan kepada anak didik secara individual. Perhatian
penting dalam interaksi edukatif. Untuk menganati sesuatu diperlukan perhatian.
Untuk itu anak harus diberikan rangsangan yang dapat mempengaruhi kelakuannya
agar terus memberikan perhatian kepada pelajaran (S. Nasution, 1987: 180).
Pemahaman terhadap perbedaan psikologis anak didik merupakan
strategi yang ampuh untuk mendukung keberhasilan kegiatan interaksi edukatif.
Tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain.
Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan
sifat-sifatnya. Per bedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil
belajar siswa.karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam
upaya pembelajaran. Pembelajaran yang bersifat klasikal yang mengabaikan
perbedaan individual dapat di perbaiki dengan beberapa cara, antara lain penggunaan
metode atau strategi belajar –mengajar yang bervariasi sehingga
perbedaan-perbedaan siswa dapat terlayani.usaha lain untuk memperbaiki
pembelajaran klasikal adalah dengan memberikan tambahan pelajaran kepada yang
pandai dan memberikan bimbingan belajar bagi yang kurang. Implikasi prinsip
perbedaan individual bagi guru berwujud perilaku-perilaku antara lain :
1. Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan
dapat melayani kebutuhan siswa sesuai karakteristiknya.
2. merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan
pesan pembelajaran.
3. Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat
menentukan perlakuan pembelajaran yang tepat bagi siswa yang bersangkutan.
4. Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang
membutuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar